'statemen 2′, punya pasangan itu butuh tanggung jawab. Disini, saya hidup di lingkungan yang banyak orang yang berpasang-pasangan. Otomatis, saya melihat dan observasi disekitar saya. Coba bayangkan, ketika orang-orang tersebut diajak, mereka akan bilang 'maaf, hari ini giliran menjaga anak' atau 'hari ini mesti chatting sama istri' atau 'saya lagi pingin liburan bareng keluarga'. Statemen-statemen tadi adalah sebuah gambaran tanggung jawab seseorang pada keluarganya. Kadang saya membayangkan, kalau yang masih muda seperti saya diberikan tanggung jawab seperti ini, rasanya belum pantas. Apalagi kalau cuma 'pacar', terus terang aja diatur sama orang yang belum tentu jadi istri kita itu gak enak. Cinta sih cinta, tapi itu bukan hak mereka para cewek.
'statemen 3′ punya pasangan itu butuh kedewasaan. Ini hal yang paling gak bisa saya bayangin. Bagaimana mungkin, orang yang belum punya kedewasaan buat punya pasangan. Kasihan sekali pasangannya itu. Gak kebayang, masa nraktir pasangan pake duit ortu, apa-apa pake duit ortu, kalau ortu tiba-tiba melarat gimana? Mungkin anda akan ditinggal pergi oleh sang kekasih. Itu dari sisi kedewasaan dalam bidang finansial. Dari sisi kedewasaan dalam mengontrol emosi juga perlu. Mengapa? masa iya mau punya pasangan, tapi masih suka emosi di depan umum, belum bisa melawan hawa nafsu, dll. Nanti, malah pasangannya yang jadi korban.
Dengan statemen-statemen ini, adalah hal yang baik untuk tetap jomblo hingga waktunya menikah, terutama para tholabul-tholabul ilmi yang ingin mencari ilmu-ilmu setinggi-tingginya. Karena punya pasangan=melipat gandakan tanggung jawab, jika belum siap persiapkan diri. Jika sudah siap, silahkan melangkah dengan pasti, jangan mempersulit diri.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
gila gan ini blog bikin gue sadar selama 17 tahun ini , ternyata jomblo itu ga nyesek
ReplyDelete